Wednesday, December 28, 2011

Sekilas Gaharu

Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon.

Klasifikasi dan Penyebaran

Pohon penghasil gaharu berdasarkan klasifikasi ilmiah yaitu : Aguilaria sp. Dengan klasifikasi secara lengkapnya yaitu termasuk Kerajaan Plantae, Ordo Malvales, Famili Thymelaceae, Genus Aguilaria, Species Aquilaria malaccensis.  Sebutan asingnya Agarwood dan Nama daerahnya yaitu  : Karas, Alim, Garu, Gaharu dll).
Dari 15 spesies tanaman genus Aquilaria, ini di antaranya tersebar di seluruh Indonesia kecuali Pulau Jawa dan Sunda kecil, diantaranya enam jenis Aqualaria yang memproduksi gaharu yang tumbuh secara alami yakni Aqualaria beccariana, Aqualaria cumingiana, Aqualaria falaria, Aqualaria hirta, qualaria malaccensis dan Aqualaria microcarpa.
Sedangkan di Negara lain yaitu di Bangladesh, Bhutan, India, Iran, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina dan Thailand.

Pemanfaatan

Gaharu beraroma wangi karena mengandung resin yang terbentuk dari proses pelukaan batang pohon dari genus Aquilaria sehingga terinfeksi jamur parasit keluarga Ascomycetes (Phaeoaremonium parasitica), umumnya berwarna coklat terang hingga gelap sampai mendekati hitam sesuai kadar resin.
Gaharu , digunakan se­bagai  bahan baku pewangi (dupa, minyak atsiri, parfum, dan kosmetika) dan obat-obatan tradisional atau  herbal.
Kayu yang mengandung damar wangi atau gaharu kategori paling bagus atau kelas super mencapai harga Rp 50 juta per kilogram.

Istilah dalam hasil produksi
Abu gaharu : serbuk kayu gaharu yang dihasilkan dari proses penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau pengerokan.
Damar gaharu : sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, dengan aroma yang kuat, dan ditandai oleh warnanya yang hitam kecoklatan.
Gubal gaharu : kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang agak kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman berseling coklat.
Kemedangan : kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak.

Spesifikasi dan pengambilan hasil
Gaharu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sortimen, yaitu gubal gaharu, kemedangan dan abu gaharu.
Cara pengambilan hasil produksi yaitu :  (a).  Gubal gaharu dan kemedangan diperoleh dengan cara menebang pohon penghasil gaharu yang telah mati sebagai akibat terjadinya akumulasi damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut. (b).  Pohon yang telah ditebang lalu dibersihkan dan dipotong-potong atau dibelah-belah, kemudian dipilih bagian-bagian kayunya yang telah mengandung akumulasi damar wangi yang disebut sebagai kayu gaharu. (c). Potongan-potongan kayu gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kandungan damarnya, warnanya dan bentuknya.
Agar warna dari potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak, maka potongan-potongan kayu gaharu tersebut dibersihkan dengan cara dikerok. (d).  Serpihan-serpihan kayu gaharu sisa pemotongan dan pembersihan atau pengerokan, dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan pembuat abu gaharu.

Persyaratan dan mutu
Baik gubal gaharu maupun kemedangan tidak diperkenankan memiliki cacat-cacat lapuk dan busuk.  Untuk mutu untuk yang bermutu baik biasanya berat, kadar aroma dibakar kuat, warna hitam atau kehitaman, serat kayu padat dan licin
Cara pengujian untuk penentuan mutu yaitu dengan cara mengambil contoh secara acak, dilakukan secara kasat mata (visual) dengan mengutamakan kesan warna dan kesan bau (aroma) apabila dibakar, peralatan (meteran, pisau, bara api, kaca pembesar (loupe) ukuran pembesaran > 10 (sepuluh) kali, dan timbangan).

Menyiasati jamur secara buatan

Teknik budi daya gaharu dengan cara penginfeksian jamur pembentuk gaharu ke dalam batang pohon potensial. Isolat jamur penginfeksi atau pembentuk gaharu sudah dieksplorasi Balitbang Kehutanan dengan hasil diperoleh dari genus Fusarium dan Cylindrocarpon.

Pohon potensial yang dipilih untuk membentuk gaharu, yang sudah berdiameter lebih dari 15 sentimeter dan usianya di atas 5-6 tahun.  Kemudian gaharu buatan itu bisa dipetik pada usia satu hingga tiga tahun.
Untuk menyuntikkan isolat jamur penginfeksi, sebelumnya pohon potensial dilukai. Pada bagian pelukaan maka isolat jamur disuntikkan dengan jumlah dalam satu pohon disuntikkan isolat jamur pada 200 sampai 300 titik pelukaan batang, yang kemudian dalam pelukaan terjadi infeksi jamur yang membentuk warna kehitam-hitaman.  Selama tiga tahun, semburat warna kehitaman itu akan menyebar ke atas dalam jarak hanya 3-4 sentimeter saja. Semburat warna kehitam-hitaman pada serat kayu itulah yang disebut gaharu.
Selama ini gaharu alam yang paling bagus disebut gaharu super yang berwarna hitam pekat, padat, keras, mengilap, dan beraroma kuat khas gaharu. Gaharu super tidak menampakkan serat kayunya. Bentuknya seperti bongkahan yang di dalamnya tidak berlubang. 
Klasifikasi mutu gaharu ditetapkan ada enam, berturut-turut dari yang paling bagus, yaitu kelas super, tanggung, kacangan, teri, kemedangan, dan cincangan.

Produksi dan pemasaran
Indonesia merupakan produsen gaharu terbesar dunia dengan produk gaharu berbentuk serpihan, balok kayu, serbuk, minyak, dan ukiran.
Selama ini ekspor gaharu Indonesia ke China harus melalui negara lain sebagai perantara (seperti Taiwan dan Hongkong), namun sekarang telah bisa dilakukan tanpa Negara perantara atau langsung sehingga nilai ekspor produk ini sangat menguntungkan karena mendapat nilai jual lebih tinggi dan importir bisa membeli lebih murah - tanpa ne­gara perantara – seperti kini dapat langsung menembus pasar China(Kompas, 15/4/2011).
Ekspor gaharu tahun  2006  mencapai 26 juta dollar AS (sekitar Rp 227,76 miliar) dan tahun 2010 sebanyak 85,9 juta dollar AS (sekitar Rp 752,48 miliar).
China merupakan pasar gaharu terbe­sar dunia dengan kebutuhan 500 ton per tahun.
Ekspor gaharu terus meningkat seiring pertumbuhan kemampuan produksi dan permintaan. Pasar internasional membutuhkan sedikitnya 4.000 ton gaharu per tahun.
Pasar gaharu terbe­sar Indonesia adalah Timur Tengah dan China.  Berkat komunikasi intensif pemerintah dan pengusaha kedua Negara (Taiwan dan Hongkong), ham­batan seperti persyaratan ekspor yang ketat, nilai invoice ekspor yang tinggi, dan persoalan non-teknis lain bisa diatasi (sehingga tanpa Negara perantara lagi).
Produksi In­donesia naik dari 170 ton (2006) menjadi 573 ton (2010).  Menteri Kehutanan meminta tanaman gaharu dibudidayakan dalam program kehutanan sosial yang melibatkan masyarakat. Harga gaharu yang berkisar Rp 100.000 per kilogram sampai Rp 150 juta per kilogram dapat menyejahterakan masyarakat sekaligus mengonservasi hutan.
ujuan ekspor gaharu Indonesia terbesar adalah Arab Saudi mencapai 37,8 persen, Singapura 34,9 persen, Uni Emirat Arab 7,7 persen dan beberapa negara lainnya, seperti Kuwait, Macau, Vietnam, Hongkong, Jerman, China, serta Republik Korea.

Seminar Internasional

Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah (Bateng) yang dipercaya menjadi tuan rumah Seminar Internasional Gaharu (22/11/2011), para peserta yang datang dari berbagai negara menyampaikan perkembangan budidaya Gaharu dan hasil kerajinan dari Gaharu, pembudidayaan Gaharu di Bateng yang telah ditanam sejak 2007 lalu dan telah diinokulan, telah bisa dipanen dan akan dipasarkan.
Kementerian Kehutanan menyampaikan : (a).  Indonesia merupakan negara pengekspor gaharu terbesar di dunia mencapai 600 ton per tahun. (b).  Pada tahun 2010 penerimaan negara bukan pajak dari ekspor gaharu Rp4,5 miliar. (c). Perizinan spesimen gaharu di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Filaria dan Malaccencis dimana jenis gaharu yang paling berkualitas dan bernilai ekonomi paling tinggi adalah Aqualaria malaccensi. (d).  upaya lainnya yang dilakukan Kementerian Kehutanan dalam mendukung keberlanjutan produksi gaharu di Indonesia adalah melalui program penanaman satu miliar pohon dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait untuk mendukung keberhasilan upaya tersebut. (e).  Para eksportir diwajibkan memiliki budi daya gaharu minimal dua hektare per tahun dan telah dilakukan sejak 2003. (f).  Berdasarkan hasil survei tanaman gaharu budidaya di 45 kabupaten pada 25 provinsi di seluruh Indonesia saat ini program tersebut telah memberikan hasil yang baik yakni sekitar 2.218.949 pohon, dari jumlah tersebut sekitar 30 persen merupakan tanaman gaharu yang telah siap dipanen.

Upaya perlindungan dan asosiasi
Tanaman gaharu ini semakin langka karena terganggu habitatnya dan pemanfaatan yang berlebihan (tidak seimbang dengan pertumbuhan), disamping itu untuk menghasilkan produksi pohon harus ditebang,
Status IUCN 2.3 VU
Pemerintah Indonesia sejak 1995 telah menetapkan kuota pemanenan dan perdagangan gaharu untuk mendukung keberlanjutan produksi tanaman tersebut, sehingga tetap menjadi salah satu andalan penyumbang devisa negara.  Kuota itu ditetapkan setiap tahun kepada para eksportir yang telah memperoleh izin dari Asosiasi Gaharu Indonesia (Asgarin) berdasarkan potensi di masing-masing provinsi yang dikeluarkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kementerian Kehutanan.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber : Harian Kompas, 15 Maret 2011 dan id.wikipedia.org, www.dephut.go.id, sains.kompas.com 9/4/2010, antaranews.com 22/11/2011, www.radarbangka.co.id  23/11/2011.

No comments:

Post a Comment