Saturday, December 31, 2011

Kulit buah gaharu musuh stroke

 
Darah mengucur dari hidung Asrul bukan mimisan biasa. Itu membuka tabir bahwa ia positif stroke.
Setiap kali merasa capai, Asrul di Desa Purworejo, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, memang kerap mimisan. Namun, biasanya tanpa kepala pusing. Peristiwa ‘mimisan’ terakhir pada 2008 ia juga merasa pusing di kepala begitu hebat. Sampai-sampai ia tak mampu menahan bobot tubuhnya karena lemas. Wajah Asrul pucat pasi. Beruntung saat kejadian itu Asrul sedang bersama sang istri yang bergegas membawanya ke rumahsakit. Ketika itulah dokter mendiagnosis Asrul terkena stroke.
Asrul gemar menyantap makanan berlemak berkadar kolesterol tinggi seperti daging dan kue. Tumpukan kolestrol di pembuluh darah menghambat aliran darah ke otak. Berkurangnya pasokan darah secara mendadak itulah yang dinamakan stroke. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) sebanyak 15-juta penduduk dunia per tahun terserang stroke. Lima juta di antaranya meninggal dan 5-juta mengalami cacat permanen.
Darah tinggi
Dokter spesialis saraf di Rumahsakit Jakarta, Jakarta Selatan, dr Satya Hanura, SpS mengatakan, ‘Faktor utama pemicu stroke adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi.’ Hipertensi akibat kadar kolesterol yang tinggi dalam darah. Menurut Hanura terdapat 2 jenis stroke, yakni iskemik dan hemorragik. Stroke iskemik terjadi lantaran aliran darah ke otak berhenti karena ateorosklerosis – penumpukan kolesterol di dinding pembuluh darah – atau pembekuan darah yang menyumbat darah masuk ke otak. Sedangkan stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah. Akibatnya darah merembes ke suatu daerah di otak dan merusaknya.
Orang mudah mengenali gejala stroke seperti mendadak lelah, pusing tak tertahankan, linglung, dan sulit berbicara. Gejala lain adalah tangan, kaki, dan wajah kebas. Ketika gejala itu muncul, segera bawa pasien ke dokter, terutama bagi penderita hipertensi. Musababnya, bila tidak ditangani lebih dari 3 jam, gangguan aliran darah ke otak dapat berujung pada kematian. Itulah sebabnya, istri Arul segera membawa suami ke dokter. Namun, lepas dari rumahsakit kesembuhan ibarat jauh api dari panggang.
Asrul masih kerap pusing, begitu juga tangan acap kali kebas. Bila gejala itu muncul, ia segara menenggak obat-obat dari dokter. Ia menjadi sangat tergantung pada obat-obatan dokter. Pada pertengahan 2008, Asrul berpaling pada buah gaharu atas saran tetangganya, Gunawan Kastorejo. Selama ini Gunawan memang mengkonsumsi rebusan kulit buah gaharu untuk menjaga kesehatan. Ia teringat ucapan koleganya di Bogor bahwa yang pahit-pahit itu obat merujuk pada citarasa rebusan kulit buah gaharu.
Saat ini untuk memperoleh buah gaharu relatif mudah. Sebab, dalam 5 tahun terakhir gairah masyarakat mengebunkan pohon penghasil gubal nan harum itu sangat tinggi. Oleh karena itu di berbagai daerah tumbuh sentra gaharu. Menurut Drs Yana Sumarna MSi, periset di Pusat Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, pohon dewasa berumur 5 tahun mulai berbuah. Ketika matang, buah akan membuka sehingga biji jatuh ke permukaan tanah. Kini penanaman kemungkinan lebih dari 1.750 ha yang tersebar dari Sumatera sampai Papua. Di Kalimantan Barat, misalnya, penamanan gaharu mencapai 300.000 – 400.000 pohon. Populasi tanaman dengan diversifikasi mencapai 400 pohon per ha.
Produksi sebuah pohon mencapai puluhan kg buah per tahun. Pohon berbuah sepanjang tahun. Asrul memanfaatkan buah gaharu Aquilaria sinensis itu setelah menjemur selama sepekan agar kadar air turun dan tersisa kira-kira 14%. Asrul kemudian menyeduh kulit buah gaharu kering dalam segelas air panas dan membiarkan selama 1 – 2 jam. Setelah itu barulah ia meminum sekali sehari. Ia hanya sekali menyeduh buah gaharu. Untuk seduhan berikutnya ia menggunakan buah baru. Sejak mengonsumsi seduhan buah gaharu, Asrul meninggalkan obat-obatan dari dokter.
Kaya manfaat
Penderita stroke itu mulai merasakan khasiat buah yang selama ini banyak terbuang setelah sebulan rutin mengonsumsi. Tubuh terasa bugar. Dua bulan kemudian, Asrul tak lagi mengalami gejala stroke. Nurjanah Harije di Samarinda, Kalimantan Timur, juga merasakan manfaat kulit buah gaharu. Ia mengidap hipertensi kronis selama 5 tahun. Harije acap kali merasa pusing dan sulit menggerakkan tubuh ketika tekanan darah melambung, 200/100 mmHg. Pada kondisi normal tekanan darah 120/80 mm Hg.
Sejak rajin mengonsumsi seduhan kulit buah gaharu pada 2008, tekanan darahnya normal. ‘Rasanya pahit,’ kata Harije. Meski demikian rasa pahit itu terbayar karena selang 3 bulan tekanan darah Harije normal. Pemanfaatan buah gaharu menambah daftar manfaat pohon anggota famili Thymeliaceae itu. Selama ini pekebun hanya memanfaatkan batang sebagai bahan baku minyak wangi. Jika ada bagian pohon lain, paling hanya daun untuk menjaga kesehatan seperti mengatasi diare dan kolesterol.
Seduhan daun gaharu mengandung agarospirol yang mampu menekan sistem saraf pusat sehingga memberikan efek menenangkan. Selain itu, juga menghilangkan mabuk perjalanan. Sedangkan hasil pembakaran kulit kayu gaharu sebagai obat antinyamuk. Menurut kepala Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Latifah K Darusman, MS, akar, batang, daun, dan ranting gaharu memiliki kandungan bioaktif yang nyaris sama.
‘Yang berbeda adalah konsentrasinya. Begitu juga aksesori pada gugus kimia seperti letak oksigen dan rantai,’ kata Latifah. Namun, ada saja yang identik pada suatu bagian, seperti halnya terdapat di daun atau batang. Sayangnya, hingga kini belum ada riset ilmiah yang mendukung bukti empiris bahwa buah gaharu tokcer mengatasi stroke atau hipertensi. Periset di Gifu Pharmaceutical University, Jepang, Mamoru Kakino pada 2010 membuktikan daun gaharu berfaedah sebagai pencahar. Ia memberikan dosis 300 mg dan 600 mg per kg bobot tubuh mencit. Hasilnya meningkatkan frekuensi, bobot, dan air dalam komponen kotoran.
Meski demikian bagi para pasien hipertensi dan stroke, buah gaharu layak menjadi pilihan demi memperoleh kesembuhan. Asrul dan Nurlia Harije telah membuktikannya setelah rutin mengonsumsi seduhan kulit buah selama 3 bulan. Rasa seduhan buah seukuran 2 kali melinjo itu memang pahit. Bagaimana jika mereka sembuh? Ah, sudah gaharu cendana pula, sudah tahu bertanya pula. (Lastioro Anmi Tambunan-Trubus Online)

1 comment: