Monday, January 2, 2012

Hama Gaharu dan Pengendaliannya

(Taken from http://supergaharu.wordpress.com)

Tanaman gaharu semula adalah tanaman yang hidup di hutan dengan ekosistem yang stabil.  Pada saat tanaman gaharu sudah dibudidayakan, maka kemudian kita identifikasikan ada serangan hama yang sangat signifikan, yaitu ulat daun.  Serangan tersebut belum secara signifikan sebelumnya.  Akan tetapi pada musim hujan yang berkepanjanagn tahun 2009 dan 2010 telah menyebabkan serangan yang fatal sehingga menyebabkan banyak tanaman mati.  Serangan bisa kita ketahui ketika kita menyaksikan benyak bergelantungan ulat-ulat ketika kita mengunjungi tanaman gaharu.  Kalau kita perhatikan lebih seksama, pada baik dedaunan pohon gaharu sudah terdapat gerombolan-gerombolan ulat yang sedang beraktivitas.  Pada saat serangan berat maka daun terlihat meranggas dan tertinggal tulang daun.  Pohon gaharu biasanya akan kembali recovery dengan tumbuh tunas-tunas baru.  Hanya saja harus diwaspadai bahwa akan terjadi serangan berikutnya yang menyebabkan daun belum berkembang sempurna dan kemudian dimakan kembali hingga tidak bersisa.  Pohon akhirnya tidak bisa bertahan karena suplai makanan dari daun secara drastis berkurang.
 

Heortia vitessoides Moore.


Ngengat  ini ditemukan di Asia Tenggara seperti Indonesia dan Thailand, Asia Timur seperti Hongkong dan Taiwan, Asia Selatan seperti India, serta di  Queensland / Australia .
Serangga dewasa (imago) mempunyai lebar sayap sekitar 30 mm. Warna ngengat memiliki pola hitam dan kuning pucat pada sayap depan serta warna putih dengan batas hitam yang luas pada sayap belakang.
Larva ditemukan hidup dan makan pada Rhus, Aquilaria spp. dan Phaleria macrocarpa (mahkota dewa).  Mereka hidup secara komunal pada sejumlah daun bersama-sama dengan jalinan benang/sutra. Larva/ulat berwarna hijau pucat dengan garis hitam yang luas di setiap sisinya.  Larva kemudian menjatuhkan diri di tanah dan menjadi Pupa atau kepompong di tanah.

Siklus Hidup


1.    Telur
Ngengat   meletakkan telurnya yang berwarna putih kekuning-kuningan yang akan segera berubah menjadi kuning ke- hijau-hijauan dalam bentuk kluster pada bagian bawah permukaan daun yang mu- da pada cabang tanaman yang  dekat dengan permukaan tanah, jumlah telur yang dihasilkan per imago betina berkisar antara 350-500. Telur akan menetas   sekitar 10 hari (Kalita et al., 2002).
2.    Larva/Ulat
Ulat H. vitessoides pada instar perta- ma berwarna kuning pucat dan pada in- star selanjutnya menjadi hijau kekuning- kuningan, ulat ini  terdiri dari 5 instar dan berlangsung selama  23 hari.  Larva instar terakhir pada  saat akan berkepompong mulai berhenti makan dan ulat  turun ke permukaan tanah untuk berkepompong.
3.    Pupa
Larva instar terakhir sebelum berke- pompong akan berhenti makan dan turun ke permukaan tanah dengan bantuan be- nang  sutera   yang   dihasilkannya.   Ulat akan membungkus dirinya dengan butir- an-butiran tanah atau serpihan-serpihan serasah yang ada di permukaan dengan bantuan benang-benang suteranya. Stadi- um pupa berkisar  8 hari (Kalita et al., 2002).
4.    Ngengat
Serangga dewasa berbentuk ngengat yang aktif pada waktu malam. Ngengat betina  dapat  meletakkan  telur  sebanyak
350-500.  Stadium ngengat berkisar seki- tar 4 hari (Kalita et al., 2002).

Ulat


Ulat gaharu yang menyerang pada daun ini serangannya serempak.  Dalam beberapa hari, apabila tidak bisa dikendalikan maka pohon akan segera meranggas dan dalam sebulan pohon bisa mati.  Ini sungguh luar biasa.  Ulat-ulat terlihat rakus secara bersama-sama memakan daun.  Apabila kita usik, maka segera saja akan bergantungan dan berjatuhan dari daun bagian atas menuju daun-daun bagian bawahnya bahkan hingga ke tanah.   Sepertinya tali temali tadi merupakan salah satu moda pertahanan hidupnya.   Bergelantungan dan berayun serta kembali lagi jika sudah tidak terganggu.

Pengendalian


A.   Jangka Pendek
1.    Mekanis
Pengendalian    mekanis    merupakan pengendalian yang sangat sederhana, su- dah populer di tingkat petani, yaitu de- ngan cara mengambil  ulat atau telur yang ada di tanaman tersebut. Pengendalian dengan cara ini  mudah diaplikasikan ter- utama pada pesemaian atau bibit yang ba- ru dua tahun, dimana  tanaman masih bisa dijangkau oleh orang dengan berdiri tanpa bantuan alat.
2.    Kimiawi
Pengendalian kimiawi dapat dilaku- kan dengan insektisida kontak,   sistemik atau dengan insektisida yang berbahan aktif mikroorganisme, seperti  Beauveria bassiana atau Bacillus thuringiensis.  Karena hama ini memakan daun dan pada serangan berat  umumnya tanaman  gundul, maka disarankan pada saat penyemprotan dikombinasikan dengan pemupukan lewat daun dengan  pupuk daun seperti gandasil, growmore, dan lain-lain  untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru.
3. Nabati
Pengendalian  nabati  merupakan  pengendalian yang cukup sederhana dan dapat dilakukan oleh petani sendiri dengan mengambil bahan-bahan yang ada di sekitar lokasi penanaman  tanaman gaharu.
B. Jangka  Menengah
1. Predator Rangrang
Semut rangrang (Oecophylla smaradigna) merupakan serangga yang mudah ditemukan di pepohonan di perkampungan   seperti  tanaman nangka, rambutan, melinjo, durian, dan lain-lain. Pencarian   sarang   semut rangrang yang memiliki ratu merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam perkembangan populasi  serangga tersebut dalam jangka panjang  (Mele  et  al.,  2004  and  Mele, 2008).


C. Jangka Panjang
1. Musuh  Alami
Musuh alami, baik parasit maupun predator dari serangga perusak daun tanaman penghasil gaharu H. vitessoides merupakan  suatu cara pengendalian yang sangat diharapkan dalam jangka panjang.
2.    Teknik Silvikultur
Pengendalian dengan cara teknik silvikultur merupakan salah satu cara pengendalian yang sudah menyatu dengan penanaman suatu tanaman dan termasuk pengendalian yang sudah  cukup dikenal oleh petani.

No comments:

Post a Comment